Contoh Limbah Tekstil Cair

Karakteristik Limbah Cair

Limbah tekstil cair memiliki beberapa karakteristik fisik, kimia, dan biologi yang penting untuk diperhatikan dalam proses pengelolaannya. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai setiap karakteristik tersebut.

Ingin Menggunakan Jasa IPAL untuk Pengolahan Limbah?

Dalam mengatasi bahaya limbah tekstil, diperlukan upaya pengelolaan limbah yang efektif dan ramah lingkungan. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah solusi untuk permasalahan tersebut.

PT Tanindo menawarkan jasa IPAL dengan pengalaman lebih dari 12 tahun dalam menangani permasalahan air yang ada di setiap industri. Tanindo memiliki tim yang profesional dan berpengalaman di bidangnya. Hingga saat ini, Tanindo sudah di percaya oleh beberapa perusahaan besar di Indonesia.

Konsultasikan masalah limbah air Anda kepada PT Tanindo untuk penggunaan jasa instalasi IPAL dengan cara menghubungi kontak Tanindo.

Teks tersebut membahas tentang limbah industri tekstil, termasuk pengertian, sumber, jenis, karakteristik, dan metode pengolahannya. Limbah industri tekstil dihasilkan dari proses produksi tekstil dan dapat berupa cairan, padat, atau gas yang dapat mencemari lingkungan. Metode pengolahan limbah tekstil perlu dilakukan sebelum dibuang.

Pemanfaatan Limbah Industri Tekstil

Bobo.id - Contoh limbah cair perlu teman-teman ketahui agar bisa mengidentifikasi limbah yang ada di lingkungan sekitar.

Pengertian limbah adalah sisa bahan atau barang bekas dari suatu kegiatan produksi yang sudah tidak bisa dimanfaatkan.

Jika limbah dibiarkan begitu saja, maka bisa mencemari lingkungan karena masuknya zat asing ke ekosistem tersebut.

Lalu, limbah cair sendiri berarti sisa bahan yang dibuang dan bentuknya cair.

Limbah cair bisa dihasilkan oleh industri, pertanian, rumah tangga, pertambangan, dan bidang kegiatan lainnya.

Berikut contoh-contoh limbah cair yang sering ditemui di sekitar lingkungan, apa saja? Yuk, simak!

Limbah domestik adalah limbah yang dibuang ke dalam tangki septik yang ada di rumah teman-teman.

Jenis limbah ini adalah hasil produksi alami tubuh manusia, yaitu kotoran manusia.

Baca Juga: 4 Penyebab Pencemaran Tanah, Mulai dari Limbah Padat Hingga Organik

Tidak hanya di rumah, di sekolah, kantor, atau bangunan lainnya juga menghasilkan limbah domestik ini.

Jika saluran limbah dan kondisi tangki septik sesuai aturan, maka kita bisa mengelola dan membuang limbah domestik dengan benar.

2. Limbah Domestik yang Disimpan

Selain ada tangki septik yang umumnya terbuat dari batu bata. Ada juga limbah domestik atau rumah tangga yang ditampung di dalam tangki septik yang ada di permukaan tanah.

Tangki ini kebanyakan terbuat dari plastik, fiberglass (serat kaca), atau besi. Pembuangannya hampir sama dengan limbah domestik yang ditampung di dalam tangki septik batu bata.

Selain itu, jika menggunakan tangki jenis ini, kita harus selalu memastikan tangki tidak bocor atau pecah.

Karena, jika sampai limbahnya keluar, maka bisa mengontaminasi lingkungan di sekitar rumah. Akibatnya, rumah menjadi tidak sehat dan berbau tidak sedap.

Limbah rembesan adalah luapan air dari berbagai sumber yang membawa zat berbahaya dan merembes masuk ke dalam tanah.

Baca Juga: Apa Itu Limbah Rumah Tangga? Ketahui Dampak dan Cara Mengolahnya

Sehingga, kualitas tanah menurun dan tumbuhan tidak bisa tumbuh.

4. Limbah Cair Komersial

Limbah cair komersial adalah limbah yang dihasilkan oleh produk komersial, seperti toilet portabel, tangki penampungan limbah cair, atau dos grease trap, yaitu perangkap lemak makanan yang digunakan restoran.

Limbah jenis ini sering kali mengandung zat berbahaya, seperti zat yang mudah terbakar dan campuran limbah cair dan padat.

Sehingga, proses pembuangannya tidak boleh teman-teman lakukan sembarangan.

Biasanya, limbah cair komersial akan disaring terlebih dahulu sebelum diangkut untuk diolah dan dibuang tanpa mencemari lingkungan sekitar.

Limbah industri adalah hasil dari kegiatan memproduksi suatu barang yang dibutuhkan oleh manusia.

Limbah yang dihasilkan kebanyakan berupa zat kimia yang berbahaya. Tidak hanya berbahaya bagi lingkungan, tetapi juga berbahaya bagi kesehatan manusia.

Baca Juga: Jangan Dibuang Dulu, 5 Jenis Limbah Dapur Ini Bisa Dijadikan Pupuk Alami untuk Tanaman

Oleh karena itu, untuk pengolahan limbah cair industri, tidak bisa disamakan dengan mengolah limbah domestik atau cair komersial.

Proses pengolahan limbah industri perlu diperiksa terlebih dahulu. Lalu, diuji tingkat bahayanya dan baru bisa dibuang dengan benar.

Limbah air hujan adalah limbah cair yang berasal dari limpasan atau kelebihan curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah.

Air hujan ini tidak hanya membawa air, tetapi juga partikel dari benda-benda yang dilaluinya.

Apalagi, di pemukiman yang padat penduduknya, banyak partikel yang ikut terbawa ketika hujan sedang turun deras.

Pengolahan limpasan air hujan dan partikel yang dibawanya harus terencana.

Setiap hari kita menggunakan sabun yang mengandung detergen dan itu bisa mencemari lingkungan.

Baca Juga: Jangan Dibuang Dulu, 5 Jenis Limbah Dapur Ini Bisa Dijadikan Pupuk Alami untuk Tanaman

Pengolahannya hampir sama dengan limbah domestik atau hindarilah sabun yang mengandung zat berbahaya.

8. Limbah Sisa Cucian Daging

Limbah jenis ini juga mencemari lingkungan, apalagi daging banyak mengandung bakteri dan kuman.

Sehingga, mencemari saluran pembuangan dan mengontaminasinya.

Petani biasanya menggunakan pupuk cair dan bisa ikut mengalir ke saluran perairan. Sehingga, mengontaminasi dan merusak ekosistem perairan.

Nah, itulah contoh-contoh limbah cair yang akhirnya kita ketahui. Setiap limbah harus dikelola dengan baik agar tidak merusak lingkungan.

Tonton video ini, yuk!

Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.

Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan

Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Belajar Empati dengan Berbagi, SPK Jakarta Nanyang School Kunjungi Panti Asuhan Desa Putera

Kel 5 Limbah Industri Tekstil

PENDAHULUANDunia sedang dilandan masalah lingkungan yang sangat memprihatinkan. Dimana salah satu dampak yang diberikan adalah menurunnya atau berkurangnya kualitas air bersih karena banyak sumber air atau aliran air yang tercemar oleh limbah, baik itu limbah domestic maupun limbah industry (Rahman, et al., 2018).

Salah satu sumber masalah pencemaran lingkungan yaitu limbah industry yang pembuangannya dan pengolahannya kurang diperhatikan (Rahmat, et al., 2018). Salah satu industry yang cukup berpengaruh dalam pencemaran lingkungan yaitu industry tekstil. Industri tekstil di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan yang sangat pesat, terlebih lagi di Indonesia terkenal dengan beberapa kain khas seperti batik, songket, dan lain sebagainya. Selain kain-kain tradisional, industry tekstil di Indonesia juga sangat marak, setidaknya ada 1.230.988 perusahaan yang menekuni industry tekstil baik itu rumahan maupun yang perusahaan (Febi & Arini, 2021).

Sebagai negara berkembang, Indonesia bergantung pada sektor industri. Industri tekstil merupakan salah satu industri yang bergantung padanya. Selama beroperasinya industri tekstil, pasti akan timbul limbah. Limbah tekstil adalah limbah yang dihasilkan selama operasi kanji, pemisahan pati, pemutihan, pemasakan, alkalizing, pencelupan, pencetakan dan finishing industri tekstil. Bukan rahasia lagi bahwa suatu industri pasti menghasilkan limbah. Sebagian besar limbah ini seringkali dapat menyebabkan kerusakan lingkungan sekitar. Begitu pula dengan industri tekstil. Limbah dari industri tekstil sendiri meliputi limbah cair dan limbah padat.

Air limbah yang muncul karena adanya prosses produksi pada industry tekstil merupakan salah satu limbah yang paling berpolusi jika dibandingkan dengan beberapa sektor industry lainnya seperti cat, kertas, dan farmasi (Guntur & Erina, 2019). Tujuan pengelolaan sampah adalah untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan agar tidak mencemari lingkungan. Limbah padat dan cair perlu untuk dilakukan pemanfaatan kembali guna untuk mengurangi pendapatan limbah. Limbah padat dapat lebih bermanfaat daripada limbah cair karena limbah cair sudah mengandung campuran bahan kimia

A. Limbah Industri TekstilLimbah merupakan sebuah hasil bahan buangan dari hasil produksi yang berupa zat sisa dari proses kegiatan manusia (Amiroh & Arini, 2019). Salah satu faktor yang membuat lingkungan tercemar di berbagai negara adalah adanya limbah yang dihasilkan oleh aktivitas industry. Banyaknya jenis limbah pada masa sekarang, hal ini perlu menjadi konsentrasi para pengusaha, perusahaan, dan penggiat industry untuk mampu memberikan pengolahan limbah yang maksimal dengan cara mendaur ulang sehingga mmpunyai nilai tersendiri (Amiroh & Arini, 2019). Jika dilihat dari sifatnya limbah dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Limbah OrganikLimbah yang dihasilkan dari makhluk hidup dan sifatnya mudah terurai, seperti sisak makanan dan lain sebagainya.

2. Limbah AnorganikLimbah yang sifatnya sulit atau bahkan tidak bisa terurai seperti kaleng, kaca, dan plastic.Sedangkan jika dilihat dari segi bentuknya, limbah dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Limbah Gas2. Limbah Padat3. Limbah Cair

Salah satu limbah yang cukup berperan besar dalam tercemarnya lingkungan yaitu limbah dari industry tekstil. Dalam buku "Introduction To Textie Fiber" kata Textile berarti tenun, tenunan, atau ditenun dalam bahasa prancis (Citra & Hasna, 2021). Limbah tekstil sendiri merupakan hasil dari sisa produksi tekstil yang dapat memberikan dampak negative dan mampu di olah lagi dengan daur ulang (Amiroh & Arini, 2019). Industry tekstil selalu ada di setiap negara karena hasil produknya berupa pakaian atau kebutuhan sandang lainnya yang menjadi kebutuhan pokok manusia (Hindrywati, 2020). Pemanfaatan dan pengolahan limbah tekstil penting untuk dilakukan karena limbah tekstil bisa dimanfaatkan hingga bernilai kembali dan limbah industry tekstil juga mampu berpotensi menjadi pencemar utama lingkungan jika tidak diolah (Findia & Arumsari, 2019).

Limbah dari industry tekstil yang cukup berbahaya adalah limbah yang berupa cairan. Limbah cair dari industry tekstil mengandung beberapa zat berbahaya bagi lingkungan salah satunya yaitu pewarna tekstil. Pewarna tekstil yang zat kimianya tersusun dari senyawa turunan benzzenanya yaitu senyawa azo, senyawa ini sangat sulit untuk terurai. Jika senyawa ini terdapat di lingkungan, senyawa azo mampu memnyebabkan kerusakan lingkungan dan bahaya bagi kesehatan seperti kanker dan mutase genetic lainnya. Zat pewarna yang ada dalam limbah cair industry tekstil merupakan zat pewarna sisa yag tidak digunakan dalam produksi tekstil. Zat pewarna tersusun dari gugusan kromogenik yaitu gugusan yang membuat molekul menjadi berwarna. Molekul dari zat pewarna sendiri merupakan campuran dari gugus kromofor dengan zat organic tak jenuh serta gugus auksokrom yang berperan sebagai pengikat warna kepada serat kain. Gugus auksokrom terbagi menjadi dua golongan, yaitu:1. Kelompok AnionSO3H, -OH, -COOH sebagai --O, SO3, dan lain lain2. Kelompok KationNII2, NIIR, j0NR2 sama dengan --NR2Cl.

Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya

Limbah b3 Pada Industri Tekstil

Proses Pengolahan Limbah Cair

Berikut adalah proses pengolahan limbah tekstil cair yang terdiri dari proses pretreatment, primary treatment, secondary treatment, dan tertiary treatment.

Pra-pengolahan (pretreatment) adalah tahap awal dalam pengolahan limbah cair. Tahap ini berguna untuk menghilangkan partikel-partikel besar yang ada dalam limbah sebelum masuk ke tahap pengolahan berikutnya. Beberapa metode pretreatment yang umum meliputi pengendapan, pengayakan, dan penyaringan.

Primary treatment atau pengolahan primer merupakan tahap berikutnya setelah pre treatment. Pada tahap ini, terdapat proses primer yaitu penghilangan warna pada cairan limbah dan penyaringan sisa-sisa serat benang yang masih terbawa.

Metode yang umum digunakan dalam primary treatment adalah ekualisasi atau penyamaan. Dalam proses ini, limbah cair harus melewati saringan halus dan cooling tower terlebih dahulu. Setelah itu, pengolahan limbah menggunakan blower hingga memiliki pH 7 dan suhu 320oC.

Bahaya Limbah Cair Industri Tekstil

Limbah cair dari industri tekstil memiliki potensi bahaya yang cukup tinggi bagi lingkungan dan manusia. Pada umumnya, limbah tekstil cair mengandung zat-zat kimia berbahaya seperti senyawa organik dan logam berat yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.

Selain itu, limbah cair juga dapat mencemari air dan tanah serta mengganggu kehidupan biota di dalamnya. Limbah cair dapat menurunkan kualitas air dan membuat air tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia maupun hewan.

Jika lingkungan terus menerus tercemar, hal ini dapat merusak kesuburan tanah dan mengganggu pertumbuhan tanaman. Pencemaran dari limbah cair secara keseluruhan mengganggu keberlangsungan hidup makhluk hidup di sekitarnya.

Tertiary Treatment

Tertiary treatment atau pengolahan tersier adalah tahap pengolahan tambahan yang bertujuan untuk menghilangkan sisa padatan tersuspensi yang masih ada setelah tahap pengolahan sekunder. Pada tahap ini, metode yang digunakan lebih canggih dan dapat mencapai tingkat pemurnian yang lebih tinggi.

Metode yang paling umum dalam pengolahan ini adalah pengendapan partikel tersuspensi, penyaringan dengan karbon untuk menyelesaikan senyawa organik terlarut, serta reverse osmosis dengan melewatkan membran untuk menghilangkan bahan organik dan anorganik terlarut.

Sekilas tentang Limbah Cair Industri Tekstil

Industri tekstil adalah industri yang menghasilkan berbagai macam produk tekstil seperti pakaian, kain, karpet, boneka, dan lainnya. Dalam proses produksinya, industri ini menghasilkan limbah tekstil cair yang dapat mencemari lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan manusia.

Limbah cair yang mendominasi dari industri ini karena proses pewarnaan (dyeing) memerlukan air sebagai pelarut dan bahan kimia untuk memberikan warna pada kain. Limbah ini umumnya mengandung senyawa kimia berbahaya seperti pewarna, zat penghilang bahan kanji, dan pemakaian bahan kimia lainnya.

Secondary Treatment

Secondary treatment atau pengolahan sekunder adalah tahap pengolahan lanjutan yang bertujuan untuk menguraikan bahan organik yang terkandung dalam limbah tekstil. Pada tahap ini, mikroorganisme seperti bakteri diaktifkan dan digunakan untuk menguraikan senyawa organik dalam limbah.

Metode pengolahan sekunder yang umum digunakan adalah proses aerasi (aerobik) dan proses anaerobik. Proses aerasi melibatkan penambahan oksigen ke dalam limbah cair (dissolved oxygen) untuk mendukung pertumbuhan bakteri pengurai, sedangkan proses anaerobik dilakukan dalam kondisi tanpa oksigen.

Limbah tekstil (garmen) merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan.  Limbah-limbah yang dihasilkan suatu industri tekstil ini akan dialirkan ke kolam-kolam penampungan dan selanjutnya dibuang ke sungai. Untuk memperoleh kualitas air yang lebih baik sebelum air tersebut dibuang ke perairan, maka suatu industri tekstil harus memenuhi baku mutu air limbah sesuai dengan  PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH .

Tabel 1. Permen LH No. 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri Tekstil

Beban pencemaran paling tinggi

Debit Limbah paling tinggi

100m3/ton produk tekstil

Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750 mg/l padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalah dalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yang lebih besar. Beban tiap ton produk lebih besar untuk operasi kecil dibandingkan dengan operasi modern yang besar, berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai 100 kg BOD/ton.

Gambar 1. Limbah Cair Industri tekstil

(Sumber: https://blogs.uajy.ac.id/ivann/2016/08/20/dibalik-warna-indah-kain-batik/)

Sumber Limbah Industri

Limbah dan emisi merupakan non product output dari kegiatan industri tekstil. Khusus industri tekstil yang di dalam proses produksinya mempunyai unit Finishing- Pewarnaan (dyeing) mempunyai potensi sebagai penyebab pencemaran air dengan kandungan amonia yang tinggi. Pihak industri pada umumnya masih melakukan upaya pengelolaan lingkungan dengan melakukan pengolahan limbah (treatment). Dengan membangun instalasi pengolah limbah memerlukan biaya yang tidak sedikit dan selanjutnya pihak industri juga harus mengeluarkan biaya operasional agar buangan dapat memenuhi baku mutu.

Air limbah yang dibuang begitu saja ke lingkungan menyebabkan pencemaran, antara lain menyebabkan polusi sumber-sumber air seperti sungai, danau, sumber mata air, dan sumur. Limbah cair mendapat perhatian yang lebih serius dibandingkan bentuk limbah yang lain karena limbah cair dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dalam bentuk pencemaran fisik, pencemaran kimia, pencemaran biologis dan pencemaran radioaktif.

Limbah tekstil merupakan limbah cair dominan yang dihasilkan industri tekstil karena terjadi proses pemberian warna (dyeing) yang di samping memerlukan bahan kimia juga memerlukan air sebagai media pelarut. Industri tekstil merupakan suatu industri yang bergerak dibidang garmen dengan mengolah kapas atau serat sintetik menjadi kain melalui tahapan proses : Spinning (Pemintalan) dan Weaving (Penenunan).Limbah industri tekstil tergolong limbah cair dari proses pewarnaan yang merupakan senyawa kimia sintetis, mempunyai kekuatan pencemar yang kuat. Bahan pewarna tersebut telah terbukti mampu mencemari lingkungan. Zat warna tekstil merupakan semua zat warna yang mempunyai kemampuan untuk diserap oleh serat tekstil dan mudah dihilangkan warna (kromofor) dan gugus yang dapat mengadakan ikatan dengan serat tekstil (auksokrom).

Karakteristik Air Limbah Industri Tekstil:

Karakteristik air limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Karakteristik Fisika

Karakteristik fisika ini terdiri daribeberapa parameter, diantaranya :

a. Total Solid (TS): Merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik maupunanorganik yang larut, mengendap,atau tersuspensi dalam air.

b. Total Suspended Solid (TSS): Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada didalam airlimbah setelah mengalamipenyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron.

c. Warna.: Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan menigkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu–abu menjadi kehitaman.

d. Kekeruhan: Kekeuhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik.

e. Temperatur: Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari – hari.

f. Bau: Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau penambahan substansi pada limbah. Pengendalian bau sangat penting karena terkait dengan masalah estetika.

2. Karateristik Kimia

a. Biological Oxygen Demand (BOD)

Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan buangan di dalam air

b. Chemical Oxygen Demand (COD)

Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984).

c. Dissolved Oxygen (DO)

adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperature dan salinitas.

Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia terdapat dalam larutan dan dapat berupa senyawa ion ammonium atau ammonia.tergantung pada pH larutan.

Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat mengganggu proses pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat korosif terhadap pipa dan dapat merusak mesin.

Fenol mudah masuk lewat kulit.Keracunan kronis menimbulkan gejala gastero intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta dapat menimbulkan kematian).

g. Derajat keasaman (pH)

pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme.Phnormal untuk kehidupan air adalah 6–8.

Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.

Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia yang dalam skala tertentu membantu kinerja metabolisme tubuh dan mempunyai potensi racun jika memiliki konsentrasi yang terlalu tinggi. Berdasarkan sifat racunnya logam berat dapat dibagi menjadi 3 golongan :

1. Sangat beracun, dapat mengakibatkan kematian atau gangguan kesehatan yang tidak pulih dalam jangka waktu singkat, logam tersebut antara lain : Pb,Hg, Cd, Cr, As, Sb, Ti dan U.

2. Moderat, mengakibatkan gangguan kesehatan baik yang dapat pulih maupun yang tidak dapat pulih dalam jangka waktu yang relatif lama, logam tersebut antara lain : Ba, Be, Au, Li, Mn, Sc, Te, Va, Co dan Rb.

3. Kurang beracun, namun dalam jumlah yang besar logam ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan antara lain :Bi, Fe, Mg, Ni, Ag, Ti dan Zn .

3. Karakteristik Biologi

Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.

Penentuan kualitas biologi ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme terlarut dalam air seperti kandungan bakteri, algae, cacing, serta plankton. Penentuan kualitas mikroorganisme dilatarbelakangi dasar pemikiran bahwa air tersebut tidak akan membahayakan kesehatan. Dalam konteks ini maka penentuan kualitas biologi air didasarkan pada analisis kehadiran mikroorganisme indikator pencemaran.

Di sekitar pabrik pada umumya sungai digunakan untuk tempat pembuangan limbah, tanpa instalasi pengolahan limbah terlebih dahulu. Dalam kegiatan industri, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan, tetapi air limbah industri harus mengalami proses pengolahan sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran.  Dengan pengolahan tersebut limbah tekstil yang dibuang ke sungai di duga dapat mengurangi bahan pencemar.

Larutan penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan ini mengandung zat kimia pengkanji dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam. Penghilangan kanji biasanya memberi kan BOD paling banyak dibanding dengan proses-proses lain. Pemasakan dan merserisasi kapas serta pemucatan semua kain adalah sumber limbah cair yang penting, yang menghasilkan asam, basa, COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan limbah cair dengan volume besar, pH yang sangat bervariasi dan beban pencemaran yang tergantung pada proses dan zat kimia yang digunakan. Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai, seperti fenol dan logam.DiIndonesia zat warna berdasar logam (krom) tidak banyak dipakai. Proses pencetakan menghasilkan limbah yang lebih sedikit daripada pewarnaan.

PT  Sumber Aneka Karya Abadi sebagai salah satu distributor alat laboratorium menyediakan alat-alat untuk mengukur parameter yang dibutuhkan Industri Tekstil dalam pengontrolan limbah cairnya.

Karena karakteristik limbah cair industri tekstil yang beragam seperti mengandung senyawa organik, sulfida dan logam berat, maka diperlukan elektroda yang memiliki performance tinggi di segala macam sampel seperti Thermo Scientific Orion 8172BNWP. Sedangkan untuk meter pengukur pH dapat digunakan Thermo Scientific Orion “VERSA STAR VSTAR90” Multiparameter Benchtop Meter.

BOD Sensor System 6 dari VELP atau BOD Trak II dari HACH dapat digunakan untuk mengukur nilai BOD berdasarkan metode manometrik.

Gambar 4. BOD Sensor System 6 Velp

Gambar 5. BODTrak II Apparatus

3. COD, Fenol Total, Amonia Total, Krom Total dan Sulfida

Hach DRB200 dapat digunakan sebagai reaktor untuk membantu analisa COD pada limbah industri tekstil. Untuk reaktor DRB200 ini tersedia single block maupun dual block. Kemudian untuk mengukur nilai COD beserta Fenol Total, Krom Total, Amonia Total dan Sulfida dapat digunakan spektrofotometer HACH (DR1900, DR3900 atau DR6000).

Gambar 6. DRB200 Single Block

Gambar 7. DRB200 Dual Block

Gambar 8. DR1900 Portable SPectrophotometer

Gambar 9. DR3900 Laboratory Vis Spectrophotometer

Gambar 10. DR6000 UV-VIS Spectrophotometer

Dwioktavia., 2011, Pengolahan Limbah Industri Tekstil.  https://dwioktavia.wordpress.com/2011/04/14/pengolahan-limbah-industri-tekstil/.

Habibi, Islam. 2012. TINJAUAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL PT. SUKUN TEKSTIL KUDUS. SKRIPSI. Universitas Negeri Yogyakarta.

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH .

http://www.in.dirtwave.com/inggris-tertarik-pada-usaha-baru-dalam-industri-tekstil-dan-garmen/

Dalam era industri yang semakin maju, limbah tekstil cair menjadi isu yang perlu diperhatikan dengan serius. Dalam artikel ini, Anda akan mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh limbah tekstil cair serta bagaimana proses pengolahannya.

Selain itu, Anda juga akan mengetahui secara detail mengenai proses pengolahan limbah tekstil cair, mulai dari tahap pretreatment hingga tertiary treatment. Dengan memahami bahaya dan proses pengolahan limbah tekstil cair, diharapkan dapat menciptakan industri tekstil yang lebih berkelanjutan.

C. Karakteristik Biologi

Karakteristik biologi limbah cair meliputi kandungan mikroorganisme, jenis bakteri, dan keberadaan toksin. Mikroorganisme dalam limbah cair dapat mempengaruhi tingkat kekeruhan dan kebutuhan oksigen dalam proses pengolahan limbah.

Jenis bakteri yang terdapat dalam limbah cair juga dapat memberikan petunjuk mengenai karakteristik limbah tersebut dan efektivitas pengolahan limbah. Toksin dalam limbah cair dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan jika dibuang dengan cara yang tidak benar.

B. Karakteristik Kimia

Karakteristik kimia limbah cair mencakup pH, BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), kandungan logam berat, serta kandungan zat organik dan anorganik lainnya. pH limbah cair dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan efektivitas pengolahan limbah.

BOD dan COD merupakan parameter penting dalam menentukan tingkat kekeruhan limbah cair dan kebutuhan oksigen dalam proses pengolahan limbah. Kandungan logam berat dalam limbah cair dapat menyebabkan pencemaran dan membahayakan lingkungan.